Wako Riza Falepi: Akar Persoalan Itu Adalah Undang-Undang Pembentukan Kota Payakumbuh

- Jurnalis

Jumat, 23 April 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

UU Nomor 8 Tahun 1956 Terlalu Sederhana

Payakumbuh, tipikal.com — Menyikapi persoalan aset yang berkembang dewasa ini, Wali Kota Riza Falepi mengatakan ada persoalan mendasar terhadap undang-undang pemekaran Kota Payakumbuh yang dinilai Riza terlalu sederhana. Ini adalah konsekuensi dari tidak terlalu jelasnya Undang-Undang pembentukan Kota Payakumbuh yakni UU Nomor 8 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah, sehingga inilah yang menjadi akar persoalan terkait berbagai hal antara Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

“Itu saja baru bisa dieksekusi tahun 1970, ini menunjukkan banyaknya persoalan. Bayangkan 13 tahun sejak lahirnya undang-undang itu baru bisa lahir Kota Payakumbuh. Ini salahsatu kekurang sempurnaannya,” ujar Riza kepada media, Jumat (23/04).

Menurut Riza, DPRD Payakumbuh terkesan terburu-buru membuat panitia khusus (pansus) aset, seharusnya terlebih dahulu dikaji secara mendalam dan membaca undang-undang pembentukan kota ini.

“Ketika saya baca undang undang yang lama, undang-undangnya sederhana karena tidak menyatakan dimana ibu kota Payakumbuh, tidak menyatakan bagaimana status aset (harta gono gini) secara eksplisit, batas wilayah, dan beberapa ketetapan mandatory,” kata Riza.

Menurutnya, kelemahan undang-undang ini harus dicarikan jalan keluarnya, pada akhirnya penyelesaian harus dilakukan secara kesepakatan mufakat yang diharapkan meminimalisir pertikaian dan perselisihan. Sedangkan kalau aturan hukum (undang-undang-Red) itu yang menjadi pedoman, tidak akan ada titik temu.

“Dampak dari kelemahan undang-undang ini menimbulkan peselisihan saat itu. Berkemungkinan karena terlalu simpel dan tidak relevan lagi dengan sistem pemekaran daerah di zaman reformasi, pemangku kebijakan pasca reformasi belajar dari pengalaman yang ada. Karena undang-undang pemekaran daerah itu unik, tidak bisa disamakan pemekaran daerah satu dengan yang lain, akhirnya pasal dalam bab undang-undang itu dibuat lebih detail,” kata Riza.

Pansus DPRD Jangan Terpaku Dengan Persoalan Aset Saja

Wali Kota Riza berharap substansi Pansus DPRD harusnya mengarah ke sana, jangan hanya merujuk kepada aset saja, karena itu baru salahsatu persoalan akibat dari simpelnya undang-undang lahirnya Kota Payakumbuh.

“Contohnya saja tidak ada kesepakatan penyelesaian antara pemko dan pemkab terkait batas wilayah, maka akhirnya penyelesaian diselesaikan di tingkat provinsi dan kementerian dalam negeri. Mungkin juga bisajadi masalah aset ini sampai diurus juga oleh kemendagri,” terangnya.

Tapi menurut Riza, bila kemendagri yang turun tangan memutuskan sendiri terhadap batas wilayah yang diperselisihkan dua daerah dan aset, dirasa Riza kurang baik, dan hasilnya akan menyakitkan beberapa pihak.

“Padahal cara penyelesaian terbaik tidak dengan melibatkan kemendagri. Tapi kemufakatan antar nagari yang berbatasan di kota dan kabupaten, ada kesepakatan antar kedua belah pihak. Diputuskan batas adat, yang akan memunculkan batas nagari. Dahulu awalnya Payakumbuh dibentuk dengan 7 kenagarian, sekarang berkembang jadi 10 nagari, sudah ada batas yang disepakati, kalau urusan itu diserahkan kepada orang lain, bakal tidak baik,” kata Riza.

Payakumbuh Belum Punya Ibu kota Sampai Sekarang

Riza menjelaskan dirinya belum menemukan berkas, dan dirinya meminta agar diingatkan kalau dirinya salah, yaitu aturan yang menyatakan dimana ibu kota Payakumbuh.

“Lima Puluh Kota punya ada ibukota Sarilamak, kita Payakumbuh Ibukotanya dimana?” tanya Riza.

DPRD Kota Payakumbuh harus kembali ke akar persoalannya yaitu undang-undang lahirnya Kota Payakumbuh. Undang-undang ini sederhana dan simpel, tidak sama dengan undang-undang pasca reformasi yang dengan detail sudah menjelaskan hingga ke ibu kota suatu daerah.

“Undang-undang yang lama itu kabur, tak jelas, untuk itu seharusnya kita bersama mau duduk sebagai orang Luak Limo Puluah untuk memperjelas ini. Penjelasan serinci ini jangan bairkan eksekutif menyelesaikannya sendiri, ributnya nanti menjadi kemana-mana, baca dulu undang-undangnya, dilihat kelemahannya dan dibandingkan,” kata Riza.

Riza menyebut sampai saat ini dirinya justru berbicara sesuai koridor aturan yang ada sebagai seorang kepala daerah. Contohnya saja sampai hari ini, kawasan eks kantor bupati menjadi kawasan terbuka hijau menurut Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 2 Tahun 2018 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Payakumbuh Tahun 2018-2038.

“Kenapa itu malah jadi kantor sampai saat ini? Secara sederhana, kalau seandainya Riza belum mempersoalkan terkait aturan itu, artinya Riza masih memaklumi hubungan baik antar daerah, dirinya dengan tegas mengatakan tidak meminta aset pemkab seperti kawasan eks kantor bupati.

“Mau dibiarkan silahkan, mau membangun apa saja asal sesuai tata ruangnya Payakumbuh akan diberi izin, dipermudah dan gampang. Tapi kalau ingin membangun dengan harus merubah tata ruang Payakumbuh, maka pemkab mau-tak mau harus bicara dengan Pemko Payakumbuh,” ujarnya.

“Kalau Pihak Pemko Payakumbuh mempersoalkan aset, itu inisiatif DPRD Payakumbuh karena mereka yang membentuk pansus, bukan keinginan wali kota. Saya menduga ada orang yang berkepentingan yang tidak mau urusan ini tidak kunjung selesai. Sehingga ini lah yang membuat kita katanya seperti harus berurusan dengan bapak tiri,” pungkas Riza. (*)

Berita Terkait

Sekolah Jadi Garda Depan, Pemko Payakumbuh Libatkan Dunia Pendidikan Tangani Darurat Sampah
A Week in Harau Valley Payakumbuh, and the Puzzle of Minangkabau Matriarchy
Wisatawan Italia Terpukau Budaya Matrilineal Minangkabau, Diskusi Hangat di Payakumbuh
Italian Traveler Fascinated by Matrilineal Minangkabau Culture During Visit to Payakumbuh
38 Tahun Mengabdi, BPBD Kota Payakumbuh Lepas Syafrizal dalam Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat Bencana
LKKS Payakumbuh Tegaskan Komitmen Dukung Pemerintah dalam Kesejahteraan Sosial
Indeks RB Naik, Pemko Payakumbuh Siapkan Langkah Strategis 2025
Pemko Payakumbuh Tertibkan Bangunan Liar di Atas Fasilitas Umum

Berita Terkait

Kamis, 19 Juni 2025 - 00:02 WIB

Sekolah Jadi Garda Depan, Pemko Payakumbuh Libatkan Dunia Pendidikan Tangani Darurat Sampah

Kamis, 12 Juni 2025 - 13:09 WIB

A Week in Harau Valley Payakumbuh, and the Puzzle of Minangkabau Matriarchy

Rabu, 4 Juni 2025 - 18:13 WIB

Wisatawan Italia Terpukau Budaya Matrilineal Minangkabau, Diskusi Hangat di Payakumbuh

Rabu, 4 Juni 2025 - 18:09 WIB

Italian Traveler Fascinated by Matrilineal Minangkabau Culture During Visit to Payakumbuh

Selasa, 27 Mei 2025 - 22:14 WIB

38 Tahun Mengabdi, BPBD Kota Payakumbuh Lepas Syafrizal dalam Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat Bencana

Berita Terbaru

Wakil Wali Kota Payakumbuh

Payakumbuh Tegaskan Komitmen Perangi Narkoba pada Peringatan HANI 2025

Jumat, 27 Jun 2025 - 00:00 WIB

Wali Kota Payakumbuh

Pemko Payakumbuh Resmi Mulai Pembangunan Relokasi Puskesmas Parit Rantang

Rabu, 25 Jun 2025 - 19:11 WIB

Bupati / Wakil Bupati Lima Puluh Kota

Bupati Lima Puluh Kota Temui KSP, Perjuangkan Proyek Strategis Daerah

Rabu, 25 Jun 2025 - 16:37 WIB