Payakumbuh | tipikal.com — Memasuki awal triwulan semester kedua tahun 2024, Penjabat (Pj) Wali Kota Payakumbuh, Suprayitno, bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Payakumbuh, turut serta dalam rapat koordinasi (Rakor) virtual yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan beberapa kementerian serta instansi pusat terkait pada Selasa (2/07/2024) pagi. Rapat ini membahas perkembangan inflasi di berbagai daerah di Indonesia.
Suprayitno, yang mengikuti Rakor dari ruang rapat Wali Kota (aula Randang) lantai II Balai Kota Payakumbuh, mendengarkan dengan seksama paparan dari Kemendagri dan kementerian lainnya terkait kondisi inflasi pada awal Juli 2024.
Dalam rapat tersebut, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, memaparkan bahwa pada bulan Juni 2024, 12 provinsi mengalami inflasi dan 26 provinsi mengalami deflasi secara month-on-month (m-o-m).
Inflasi tertinggi tercatat di Papua Pegunungan dengan angka 2,11 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di Papua Selatan dengan angka 1,11 persen. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada semester pertama tahun 2024 adalah emas perhiasan dan sigaret kretek mesin (SKM).
Menurut data year-on-year (y-o-y), seluruh provinsi di Indonesia mengalami inflasi pada Juni 2024. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan dengan angka 5,65 persen, sementara inflasi terendah tercatat di Kepulauan Bangka Belitung dengan angka 1,08 persen.
Amalia juga menyoroti bahwa tingkat inflasi pada momen hari raya Idul Adha cenderung lebih rendah dibandingkan dengan momen Ramadan dan Idul Fitri, kecuali pada tahun 2024.
Terkait Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu keempat bulan Juni 2024, terdapat 10 daerah yang mengalami kenaikan IPH tertinggi dan 10 daerah yang mengalami penurunan IPH tertinggi. Kabupaten Buru di Maluku mencatat kenaikan IPH tertinggi sebesar 3,48 persen, sedangkan Kabupaten Tanjung Balai di Sumatra Utara mencatat penurunan IPH terdalam sebesar -4,94 persen.
Menanggapi paparan tersebut, Suprayitno menyampaikan rasa syukurnya atas kondisi inflasi di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di Kota Payakumbuh, yang masih terkendali. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Plt. Kepala BPS, Provinsi Sumatera Barat mencatat inflasi year-on-year (y-o-y) sebesar 4,04 persen, menempatkannya di posisi keempat nasional pada Juni 2024. Untuk inflasi year-to-date (y-t-d), Sumatera Barat berada di posisi keenam nasional dengan angka 1,85 persen.
“Provinsi Sumatera Barat, khususnya Kota Payakumbuh, berhasil menjaga inflasi tetap terkendali. Kota Payakumbuh sendiri tidak termasuk dalam daerah penyumbang inflasi untuk Sumatera Barat, melainkan menjadi daerah pendukung bagi empat daerah utama yang menjadi acuan penghitungan inflasi di provinsi ini,” ujar Suprayitno.
Pada minggu keempat Juni 2024, Kota Payakumbuh bahkan mencatat deflasi sebesar -3,29 persen. Komoditas yang berkontribusi dalam penurunan harga ini antara lain daging ayam ras dengan penurunan harga sebesar -1,2827 persen, cabai merah sebesar -1,2458 persen, dan telur ayam ras sebesar -0,3039 persen.
Dengan kondisi inflasi yang terkendali, diharapkan perekonomian Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat secara keseluruhan dapat terus stabil dan mengalami pertumbuhan yang positif di sisa tahun 2024. (tpk)