Payakumbuh | tipikal.com — Ketertarikan wisatawan asing terhadap budaya lokal Indonesia kembali terlihat di Kota Payakumbuh. Daniele, seorang warga negara Italia yang sedang menjelajahi berbagai negara di Asia, singgah di kota ini karena rasa penasarannya terhadap sistem matrilineal yang diterapkan oleh masyarakat Minangkabau.
Berlokasi di Kadai Kopi Paduko, pusat Kota Payakumbuh, Rabu, (4/06/2025), Danieli terlibat diskusi santai namun mendalam bersama sejumlah wartawan lokal seperti Robby Muchsis, Nur Akmal, Rahmat Sitepu, dan Fajar Sitepu. Suasana hangat perbincangan dibalut dengan rasa ingin tahu tinggi dari Danieli yang belum pernah melihat budaya serupa di negara-negara lain yang ia kunjungi.
Yang menarik, Daniele secara khusus ingin memahami bagaimana masyarakat Minangkabau yang mayoritas Muslim bisa menjalankan sistem kekerabatan matrilineal, di mana garis keturunan dan kepemilikan harta diwariskan melalui pihak perempuan. Padahal, sebagian besar budaya Islam di berbagai belahan dunia justru bersifat patriarkal.
“Saya sangat tertarik. Bagaimana mungkin sebuah masyarakat yang memegang teguh ajaran Islam bisa mengharmonisasikan prinsip matrilineal dalam kehidupan sosialnya? Ini unik dan sangat mengesankan,” ujar Daniele.

Robby Muchsis, salah seorang wartawan yang juga merupakan penghulu adat, menjelaskan bahwa perpaduan antara adat dan agama telah berlangsung secara harmonis di tengah masyarakat Minangkabau sejak lama. Menurutnya, filosofi “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” menjadi dasar dari integrasi antara adat dan Islam.
“Minangkabau punya kearifan lokal yang kuat, namun tidak bertentangan dengan Islam. Justru keduanya saling menguatkan. Garis keturunan boleh lewat ibu, tapi peran laki-laki sebagai mamak tetap sangat penting dalam kehidupan kaum,” jelas Robby.
Daniele mengaku senang bisa berdiskusi langsung dengan narasumber yang memahami filosofi adat Minangkabau dari sisi akademik sekaligus praktik di lapangan. Ia berencana menulis artikel khusus tentang pengalaman dan pengetahuannya selama di Payakumbuh, untuk dibagikan di blog pribadinya dan beberapa media perjalanan di Eropa.
Bagi Robby Muchsis, kunjungan wisatawan asing seperti Daniele adalah momentum penting yang harus dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan pelaku pariwisata. Ia menilai bahwa budaya Minangkabau bisa menjadi daya tarik utama untuk mengembangkan konsep culture tourism atau wisata berbasis kebudayaan.
“Orang Eropa datang ke sini bukan hanya ingin melihat pemandangan, tapi ingin menyelami kebudayaan yang berbeda dari budaya mereka. Ini peluang besar bagi Payakumbuh dan Sumatera Barat untuk menarik wisatawan dengan narasi budaya yang otentik dan edukatif,” tegasnya.
Diskusi itu pun ditutup dengan harapan agar promosi budaya Minangkabau, khususnya yang berkaitan dengan sistem matrilineal dan kearifan lokal, bisa terus digencarkan ke dunia internasional. Dengan demikian, Payakumbuh tak hanya dikenal sebagai kota kuliner dan seni, tapi juga sebagai kota yang menjaga warisan budaya leluhur secara bijak dan terbuka terhadap dunia. (tpk)