Lima Puluh Kota | tipikal.com — Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Nuansa itu mengemuka saat mengingat kembali peristiwa heroik 73 tahun lalu di Titian Dalam, Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 Januari 1949, takkala sembilan putra terbaik Luak Limo Puluah menjadi syuhada dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia di masa Agresi Miliiter ke-2 Belanda, yang dimulai pada 1948.
Kesembilan pejuang, yakni Syarif MP, Engku Kayo Zakaria, Dirin, Nuin, Radian, Manus, Nyik Ali, Abas dan Mak Dirin, semuanya gugur ditembaki Belanda saat melakukan pengerusakan jembatan untuk menyabotase pergerakan pasukan Belanda ke Koto Tinggi yang bertujuan untuk melemahkan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Episode Agresi Militer ke-2 Belanda berlangsung dari tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 13 Juli 1949.
Dipimpin langsung Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo, peringatan peristiwa mengenang kembali gugurnya sembilan kusuma bangsa dalam Upacara Tabur Bunga/Ziarah pada Senin (10/01) di Titian Dalam, Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh berlangsung khidmat. Upacara memperingati salah satu peristiwa paling berdarah dalam rangkaian sejarah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) juga tak bisa dilepaskan dari rangkaian peringatan Hari Bela Negara setiap tanggal 19 Desember setiap tahunnya.
Dalam upacara yang dibayang-bayangi cuaca mendung, Bupati Safaruddin dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan momentum mengingat kembali perjuangan para syuhada dalam peristiwa bersejarah bangsa di Titian Dalam. Selain itu Safaruddin juga mengingatkan peristiwa Titian Dalam memiliki arti penting perjuangan para pahlawan terhadap keberlangsungan PDRI.
“Rentetan peristiwa bersejarah yang terjadi di Lima Puluh Kota harus disampaikan kepada anak cucu serta elemen masyarakat Lima Puluh Kota,” tutur Bupati.
Di bagian lain amanatnya, Bupati Safaruddin menyatakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Lima Puluh Kota pada zaman PDRI harus disebarkan secara luas kepada masyarakat terkhusus bagi generasi muda Lima Puluh Kota.
Kedepan Pemerintah Daerah akan memberikan pendidikan dan pengetahuan sejarah ini kepada pelajar SD dan SMP di Lima Puluh Kota.
“Generasi muda hendaknya benar-benar memaknai perjuangan PDRI diantaranya perjuangan sembilan syuhada yang telah gugur mengorbankan jiwa dan raganya di Titian Dalam demi negeri ini,” tukuk Safaruddin.
Upacara yang juga diikuti oleh Ketua DPRD Lima Puluh Kota Deni Asra, Kapolres Lima Puluh Kota AKBP Trisno Eko Santoso, Sekretaris Daerah Widya Putra, Wakil Ketua DPRD Wendi Chandra, Anggota DPRD Lima Puluh Kota Doni Ikhlas dan Khairul Apit, unsur Forkopimda, Camat Gunuang Omeh beserta Forkopimca, niniak mamak, pemuka masyarakat serta warga Pandam Gadang.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPRD Lima Puluh Kota Deni Asra menyampaikan bahwa peristiwa Titian Dalam merupakan salah satu peristiwa yang sangat layak untuk diperingati setiap tahunnya. Diharapkannya segenap komponen masyarakat agar memaknai peristiwa berdarah pada 10 Januari 1949. Terutama untuk membangkitkan motivasi serta menanamkan semangat kebersamaan serta persaudaraan agar mampu membangun Lima Puluh Kota yang lebih baik lagi ke depannya. (tpk)