Lima Puluh Kota | tipikal.com — Proyek peningkatan ruas jalan Payakumbuh–Sitangkai yang dikerjakan oleh PT. Arpex Primadhamor kini telah mencapai progres lebih dari 50 persen. Memasuki bulan keempat pengerjaan, pihak kontraktor telah menyelesaikan pengecoran rigid beton sepanjang lebih dari 1 kilometer.
Pelaksana lapangan PT. Arpex Primadhamor, Ikhsan, menyebutkan bahwa dalam beberapa hari ke depan, jalan yang telah dibeton pada sisi kiri dari arah Payakumbuh menuju Lintau akan dibuka untuk kendaraan roda empat. Beton di sisi tersebut telah mengeras dan melebihi ambang usia teknis 28 hari, sehingga dinilai cukup kuat untuk dilintasi.
“Alhamdulillah, progres pengerjaan sudah lebih dari 50 persen. Jalan yang telah dibeton mencapai lebih dari 1 kilometer. Cuaca yang bersahabat juga sangat membantu kelancaran pekerjaan,” ujar Ikhsan saat ditemui di lokasi proyek, Selasa siang, (1/07/2025).
Setelah pembukaan satu sisi jalan, kontraktor akan melanjutkan pengecoran pada separuh badan jalan lainnya. Diharapkan, seluruh badan jalan dapat selesai sesuai target waktu, sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dan pengendara yang melintas.
Hingga saat ini, sistem buka-tutup masih diterapkan untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas selama pengerjaan berlangsung. Pihak pelaksana menyatakan bahwa tidak ditemukan kendala berarti selama proyek berjalan, dan semua tahapan masih sesuai dengan kontrak kerja.
Pembangunan ruas jalan ini merupakan bagian dari proyek rehabilitasi Jalan Provinsi di ruas BTS Payakumbuh–Sitangkai (P.044) Paket II. Proyek ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp.12,3 miliar dan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025, dengan masa pelaksanaan 180 hari kalender.
Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek ini. PT. Teknik Eksakta ditunjuk sebagai konsultan supervisi yang mengawasi proses pembangunan sejak mulai dikerjakan pada 19 Maret 2025 lalu.
Perbaikan jalan ini merupakan jawaban atas keluhan masyarakat yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Kerusakan parah di sepanjang jalan dari Kecamatan Luhak hingga Kecamatan Lareh Sago Halaban menjadi sorotan publik dan bahkan sempat memicu aksi protes warga.
Salah satu warga Lareh Sago Halaban, Adel (65), mengaku senang melihat pengerjaan perbaikan jalan akhirnya dimulai. Namun, ia menilai pemerintah belum sepenuhnya serius dalam menangani kerusakan jalan yang sudah lama menyengsarakan masyarakat.
“Kalau soal apresiasi, tentu kami bersyukur. Tapi kami juga kecewa karena hanya 1 kilometer yang diperbaiki, padahal kerusakan jalan cukup panjang dan sudah lama sekali tidak tersentuh,” ujar Adel.
Ia menjelaskan bahwa kerusakan jalan menimbulkan banyak dampak buruk, baik secara ekonomi maupun keselamatan. Tidak sedikit warga dan pengendara yang mengalami kecelakaan akibat lubang di jalan tersebut, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa.
“Waktu hujan, lubang-lubang itu tertutup air dan licin. Saat kemarau, jalanan jadi sangat berdebu. Ini sangat menyulitkan dan menyengsarakan serta membahayakan pengendara. Sudah sering terjadi kecelakaan,” jelasnya.
Adel juga menyoroti masalah kendaraan berat pengangkut tambang yang masih bebas melintas di jalur tersebut. Ia mendorong pemerintah untuk segera membatasi muatan kendaraan berat dan mengembalikan jenis angkutannya dari tronton ke tipper, sesuai dengan kapasitas jalan yang ada.
“Kami minta pengawasan terhadap truk tambang juga harus segera diperketat. Jangan sampai jalan yang sudah diperbaiki rusak lagi karena muatan berlebihan. Ini harus jadi perhatian serius,” pungkasnya.
Dengan sisa waktu kontrak hingga awal September 2025, masyarakat berharap semua jalan dari Batang Tabik, Kecamatan Luak yang masih berlubang agar dapat segera di lakukan perbaikan atau penambalan agar proyek ini benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat.
Pemerintah diminta lebih peka terhadap kebutuhan infrastruktur dasar yang sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. (tpk)