Sampaikan Ke Presiden dan Dewan Gelar, Tokoh Muda Situjuah Ini Perjuangkan Chatib Soelaiman Jadi Pahlawan Nasional

- Jurnalis

Jumat, 20 Oktober 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lima Puluh Kota | tipikal.com — Tokoh muda Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, M. Fajar Rillah Vesky, berharap kepada Presiden Joko Widodo bersama keanggotaan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, agar dapat menetapkan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia asal Sumatera Barat, Chatib Soelaiman, sebagai Pahlawan Nasional.

Harapan tersebut disampaikan M. Fajar Rillah Vesky, usai mendampingi Bupati Safaruddin Dt. Bandaro Rajo beserta pengurus dan Bacaleg Partai Golkar se-Lima Puluh Kota, berziarah Makam Pahlawan Lurah Kincia, Situjuah Batua, Jumat pagi (20/10/23).

Dimana di makam pahlawan kabupaten tersebut, juga terdapat makam Chatib Soelaiman dan para pejuang yang gugur dalam Peristiwa Situjuah, 15 Januari 1949.

“Kita berharap kepada Bapak Presiden bersama Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, agar dapat menetapkan Chatib Soelaiman sebagai Pahlawan Nasional. Ini sesuai dengan usulan masyarakat melalui Pemprov Sumbar dan Pemko Padangpanjang, serta rekomendasi dari Pemkab Lima Puluh Kota dan Pemkab Tanahdatar,” kata M. Fajar Rillah Vesky.

Menurut M. Fajar Rillah Vesky yang merupakan penulis buku “Tambiluak, Tentang PDRI dan Peristiwa Situjuah”, Chatib Soelaiman adalah pejuang yang tidak hanya menyumbangkan pikiran, gagasan, waktu, dan tenaga untuk merebut kemerdekaan Indonesia, sampai-sampai ditahan Belanda dan Jepang. Bahkan, Chatib Soelaiman merelakan nyawanya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga :  Edward DF Buka Lomba Azan Dan Tahfidz Musalla Abrar Koto Baru Simalanggang

“Chatib Soelaiman, putra Sumpur, Singkarak, Tanahdatar, yang melewati masa kecilnya di Pasa Gadang, Kota Padang. Kemudian, memulai pergerakan kebangsaan dari Padangpanjang dan Bukittinggi, lalu kembali ke Padang dan meninggal di Situjuah, Lima Puluh Kota, adalah tokoh sentral perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Sumbar. Sangat layak beliau ditetapkan jadi Pahlawan Nasional,” imbuh Fajar Rillah Vesky.

Fajar pun mengutip kenangan yang pernah disampaikan ulama legendaris Ranah Minang, Buya Hamka tentang Chatib Soelaiman. Menurut Buya Hamka, perjuangan di Sumatera Barat tidaklah dapat memisahkan nama Chatib Soelaiman, baik di zaman Belanda atau pendudukan Jepang. Apalagi zaman sesudah Proklamasi.

“Bagi Buya Hamka, Chatib Soelaiman adalah pencinta tanah air sejati, loyal kepada yang di atas, setia kawan, dan keras hati. Buya Hamka juga menyebut Chatib kaya teori, penuh inisiatif, pandai merancang karya besar, tidak suka menonjolkan diri, dan rendah hati sebagai ciri pribadi yang kuat. Jiwanya mencerminkan masyarakat Minangkabau yang kuat berlandaskan ketaqwaaan dalam agama Islam,” kata Fajar.

Tak hanya mengutip kenangan Buya Hamka tentang Chatib Soelaiman, Fajar juga mengutip pernyataan mantan Gubernur Sumbar Profesor Marlis Rahman dan sejumlah sejarawan di Sumbar tentang sosok Chatib Soelaiman. Para sejarawan itu termasuk mendiang Profesor Mestika Zed, Profesor Dr. phil. Gusti Asnan, Dr Wannofri Samri, dan Siti Fatimah dari UNP.

Baca Juga :  Bupati Serahkan Beasiswa untuk 2.129 Pelajar dan Mahasiswa di Lima Puluh Kota

Menurut Profesor Gusti Asnan, Chatib Soelaiman mulai berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia pada era politik represif Belanda. Selain melalui jalur pendidikan (mengepalai HIS Muhammadiyah) dan politik (menjadi pengurus Partai Permmi dan PNI Baru), Chatib Soelaiman juga berjuang melalui ekonomi (mendirikan Bumiputera).

Bahkan, Chatib juga menjadi salah satu aktor utama panggung sejarah perang kemerdekaan kemerdekaan Indonesia. Dan, Chatib pun berpulang sesudah rapat merundingkan strategi perjuangan.
Chatib Soelaiman dan puluhan suhada lainnya tewas diterjang peluru Belanda segera setelah mereka rapat merundingkan strategi menghadapi serbuan Belanda.

Kematian pada subuh 15 Januari 1949 itu membuktikan bahwa hingga akhir hayatnya, Chatib Soelaiman masih memikirkan dan ikut terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Bahkan ia rela menyerahkan jiwanya demi bangsa dan negara.

“Karena itu sangat layak kiranya bila dikatakan, bahwa Chatib Soelaiman rela mengorbankan semua yang dia miliki untuk bangsa dan negara,” kata Fajar mengutip pernyataan Profesor Gusti Asnan. (*)

Berita Terkait

DPRD Dukung Langkah Bupati Lima Puluh Kota Bagikan Kartu BPJS Kesehatan Gratis
Dukung Literasi, Dispusip Lima Puluh Kota Gelar Sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial
Ed Nawi, Eri Ridun dan Wirman Dt. Pangeran Dipercaya Pimpin Pemenangan GDR
Bupati Serahkan Beasiswa untuk 2.129 Pelajar dan Mahasiswa di Lima Puluh Kota
Labuah Gunuang Gelar Perayaan Khatam Al-Quran
Relawan Hijrah For GDR Deklarasi Dukung Deni-Riko, Tarik Dukungan dari Calon Lain
Kelompok Tani se-Nagari Mungo Sampaikan Keluhan ke Bupati
Jalan Kampung Bukit Talao Akhirnya Diaspal

Berita Terkait

Selasa, 10 September 2024 - 20:13 WIB

DPRD Dukung Langkah Bupati Lima Puluh Kota Bagikan Kartu BPJS Kesehatan Gratis

Selasa, 10 September 2024 - 19:56 WIB

Dukung Literasi, Dispusip Lima Puluh Kota Gelar Sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

Selasa, 10 September 2024 - 06:12 WIB

Ed Nawi, Eri Ridun dan Wirman Dt. Pangeran Dipercaya Pimpin Pemenangan GDR

Minggu, 8 September 2024 - 22:08 WIB

Labuah Gunuang Gelar Perayaan Khatam Al-Quran

Minggu, 8 September 2024 - 21:45 WIB

Relawan Hijrah For GDR Deklarasi Dukung Deni-Riko, Tarik Dukungan dari Calon Lain

Minggu, 8 September 2024 - 16:37 WIB

Kelompok Tani se-Nagari Mungo Sampaikan Keluhan ke Bupati

Sabtu, 7 September 2024 - 21:45 WIB

Jalan Kampung Bukit Talao Akhirnya Diaspal

Sabtu, 7 September 2024 - 10:47 WIB

Ratusan Milenial dan Gen Z Lima Puluh Kota Deklarasikan Dukungan untuk Deni Asra-Riko Febrianto

Berita Terbaru