Lima Puluh Kota | tipikal.com – Wisata Kapalo Banda (WAKANDA) merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Lima Puluh Kota yang bersinggungan langsung dengan hutan. Terselenggaranya Festival Taram hendaknya dapat mengenalkan dan memberikan dukungan terhadap penguatan perhutanan sosial di seluruh nagari di Sumatera Barat khususnya Lima Puluh Kota.
Tidak hanya itu, terakselerasinya program Penguatan Perhutanan Sosial atau Strengthening Social Forestry (SSF) di Nagari Taram yang diluncurkan Oktober lalu oleh KLHK dan Pemerintah Provinsi Sumbar di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dijadikan ‘role model’ bagi nagari lain dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola hutan yang lestari secara bijak.
Demikian rangkuman sambutan yang disampaikan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, Direktur Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Bambang Supriyanto, Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yoza Wardi, dan Wali Nagari Taram Nanang Anwar ketika memberikan sambutan pada pembukaan Festival Perhutanan Sosial dan Konservasi Alam ‘Pesona Taram’ di Wisata Kapalo Banda (WAKANDA), Minggu, (18/12/22).
Turut hadir dalam pembukaan tersebut, Ketua DPRD Deni Asra, Sekretaris Daerah Widya Putra, unsur Forkopimda, Ketua TP-PKK Nevi Safaruddin, para asisten, sejumlah Kepala Perangkat Daerah, Wali Nagari, dan Niniak Mamak.
Diselenggarakan selama dua hari yakni 18-19 Desember, festival yang bertujuan sebagai kampanye dalam melestarikan hutan tersebut dikemas dengan konsep perhutanan sosial berbasis pariwisata dengan mengkombinasikan alam, adat, budaya, dan ekonomi kreatif. Sejumlah prosesi yang kental dengan budaya yang dipadupadankan dengan pertunjukan seni dan stand pameran akan dipamerkan dalam festival ini.
“Hari ini kita melihat penguatan program SSF berjalan lancar di Kabupaten Lima Puluh Kota terutama di Nagari Taram. Inilah yang harus dituju, bagaimana keberadaan dan kelestarian hutan dapat dimanfaatkan dengan maksimal tetapi menjaga kelestarian hutan,” ucap Gubernur Mahyeldi mengawali sambutannya.
Selanjutnya, Gubernur Mahyeldi mengatakan, penguatan dan pembinaan kepada masyarakat di sekitar hutan harus ditingkatkan sebagai upaya dapat menurunkan kemiskinan ekstrim di Sumatera Barat. Disamping itu, Mahyeldi meminta dukungan seluruh pihak untuk menjaga hutan yang ada di nagari untuk dapat dimanfaatkan secara bersama demi meminimalisir tindakan melawan hukum.
Sebelumnya, Dirjen PSKL, Bambang Supriyanto dalam sambutannya mengungkapkan semenjak diluncurkan setahun yang lalu bersama Pemprov Sumbar dan Pemkab Lima Puluh Kota telah menunjukkan progres yang cukup signifikan. Hal ini tentunya menjadikan Program SSF di Sumatera Barat dapat bermanfaat bagi masyarakat Lima Puluh Kota di bidang sosial dan ekonomi.
“Hasil di lapangan menunjukkan bahwa Kabupaten Lima Puluh Kota jadi role model penguatan perhutanan sosial di Indonesia,” ungkap Bambang.
Kemudian ia berharap, percepatan program SSF di Lima Puluh Kota dapat merata, sehingga program ini benar-benar menyasar masyarakat yang hidup berdampingan dengan hutan dapat sejahtera.
Sementara itu, Bupati Safaruddin dalam penyampaiannya menyatakan, 81 persen wilayah di Kabupaten Lima Puluh Kota berdampingan dengan hutan dengan rincian 64 dari 79 nagari memiliki wilayah hutan. Beranjak dari kondisi tersebut, lanjut Bupati Safaruddin, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat memberikan respon positif dan mendukung program SSF dapat berjalan mulus di Lima Puluh Kota.
“Program SSF dinilai Strategis dalam pengembangan pariwisata di Lima Puluh Kota yang memiliki sejumlah keuntungan diantaranya, aksesibilitas, iklim, topografi, budaya dan adat istiadat,” ungkap Bupati Safaruddin.
Kemudian, Ia berharap program SSF dan festival dapat diselenggarakan setiap tahun sebagai upaya dalam mensejahterakan masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota. (tim)